Pengalaman Pertama Tenggelam
Satuuu.. Duaaaa.. Jreeeeeeng...
Dulu sekali, waktu tinggi saya kira kira sepusar orang dewasa, saya mengalami sesuatu yang dahsyat. Dan ini adalah pengalaman pertama. Apakah itu? Ya benar, sesuai dengan judulnya, saya
Nama sungainya kali NGELO Letaknya nggak jauh dari tempat saya tinggal. Hanya butuh menyeberang jalan depan rumah dan jalan kaki kurang dari lima menit. Kabar baiknya, posisi sungai belum berpindah sampai sekarang, haha..
Bagaimana ceritanya saya bisa tenggelam?
Namanya juga anak kecil. Lihat tetangga dewasanya akan pergi mancing, saya keplayon alias pengen ikut juga. Akhirnya bergabunglah saya dengan sekumpulan orang dewasa yang semuanya membawa senjata penakluk ikan.
Setiba di sungai, semua masih baik baik saja. Sampai akhirnya saya tahu, mereka para orang orang dewasa itu mancingnya di sungai seberang. Huwaaaaaa... Bagaimana saya bisa ikutan, lha wong yang dewasa aja nyeberangnya pake acara berenang.
Salah satu dari mereka berkata, "Kamu diam di sini aja ya dek, kalau capek pulang sendiri.."
Saya manut saja. Mau bagaimana lagi, saya nangis ginjal ginjal pun mereka akan tetap menyeberang. Akhirnya saya menikmati kesendirian dengan berlatar belakang pohon bambu, bermusik aliran air dan nyanyian dedaunan yang bergesakan. Mata ini tak henti menatap iri sungai seberang. Bagi seorang bocah seperti saya, mereka adalah gambaran ideal dari sebuah keceriaan.
Saat nyamuk mulai hadir, kejenuhan melanda, tapi tak terbersit sedikit saja keinginan untuk pulang sendiri (karena pulangnya harus lewat kuburan), pengen ikutan nyeberang tapi takut, (lagipula waktu itu saya nggak bisa berenang), saat itulah saya melihat ada peluang datang. Ya, dengan sangat jelas kedua mata ini memandang batang pohon pisang yang mengambang di atas air, bergerak mengikuti arus. Dan itu membuatnya semakin dekat ke arah saya.
Saya memang hanya seorang bocah. Tapi saya tahu, hanya ini pilihan yang saya punya. Yang saya butuhkan tinggal satu, keberanian. Dan selayaknya bocah, saya butuh seseorang untuk menyemangati saya. Masalahnya, di sekitar saya tidak ada siapa siapa. Yang ada hanyalah sekumpulan orang dewasa di seberang sana. Itulah kenapa akhirnya saya memilih untuk teriak teriak ke arah mereka sambil menunjuk nunjuk batang pisang yang sekarang sudah ada tepat di depan saya.
Mereka melambai lambaikan tangan seperti sedang membersihkan kaca. Mereka turut berteriak, tapi saya tidak benar benar mendengarkannya. Konsentrasi ini tidak saya pusatkan pada telinga, melainkan mata. Benar sekali, mata saya tak berkedip memandang batang pisang yang sudah siap landas meninggalkan saya.
Tidak ada waktu lagi, batin saya. Inilah waktunya. Dan sedetik kemudian...
"Jbyoooooor...."
Semoga anda bisa mengimajinasikannya. Saya memang berusaha berenang, tapi dengan gaya batu. Detik berikutnya saya berenang dengan gaya ngebor. Lalu dengan gaya dada alias melambai brutal.
Herannya, kenapa di detik detik yang
Saya sangat bisa mengingatnya. Kelak pada saat saya tumbuh dewasa, saya mengamini kata kata Almarhum Zainuddin MZ. Beliau berkata, orang yang mendapat ujian dari Tuhan berupa musibah dan dia tidak dalam sedang kondisi keyakinan yang bagus, dia sama saja seperti orang tenggelam. Semua yang ada di sekitarnya tiba tiba dijadikan pegangan. Bahkan rumput yang ada di tebing terdekat, akan ia raih. Kalau perlu dicakar cakar. Padahal semua orang tahu, rumput tak akan kuat dijadikan pegangan di saat yang seperti itu.
Tiba tiba..
Lamunan saya dibuyarkan oleh sebuah tangan yang meraih tubuh kecil ini. Saya senang, tapi tetap tidak berhasil membuat tenang. Saya meronta, nafas ini megap megap, mulut saya mangap, dan kedua tangan saya berkungfu ria. Sesekali menjambak rambut orang yang berusaha menyelamatkan saya.
Sampailah pada akhirnya, semua kembali pada keadaan yang saya impikan. Saya sudah ada di tepian dan merdeka menarik nafas dalam dalam.
Para sahabat netter, itu dia pengalaman pertama saya tenggelam di sungai. Rasanya sungguh menyesakkan dada. Tapi kenangan akan detik detik itu jugalah yang membuat saya mendendam. Saat itu saya berjanji pada diri sendiri. Bagaimanapun, saya harus menjadi raja sungai.
Alhamdulillah, beberapa tahun kemudian akhirnya saya bisa berenang. Terima kasih Tuhan..
Bagaimana dengan anda, apakah anda juga pernah tenggelam? Kalau iya, apakah saat tenggelam anda juga sedang memikirkan tempe goreng? hehe..